Jangan santai (tenang) dengan harta (dunia), dulu aku santai di surga, lalu diusir darinya
Jangan turutkan hawa nafsu wanita, dulu aku menyesal akibat menuruti hawa nafsu Hawa (makan buah khuldi)
Setiap akan berbuat pikir dulu akibat yang dapat terjadi. Karena jika dulu aku pikirkan perbuatanku terlebih dahulu, pasti tidak berakibat seperti ini
Tinggalkan perbuatan yang meragukan. karena dulu aku meragukan makan buah khuldi itu, tapi tidak peduli, akibatnya aku menyesal
Musyawarahlah segala urusan. Karena dulu ketika aku berbuat, tidak bermusyawarah dulu dengan para malaikat.
Friday, May 4, 2012
Pesan Nabi Adam Kepada Anak Cucunya
Don't Worry :D
If someone thinks you are boring, someone else will think you are amazing..
If someone is too busy for you, someone else is willing to make time for you..
If someone ignores you, someone else is willing to pay attention..
If someone else doesn't feel the same way, someone else is waiting for you to feel the same way for them..
Sarung Tenun Samarinda
Rasanya aneh juga ya, kita yang ngaku-ngakunya warga Samarinda tapi gak tau di mana tempat dan gimana proses pembuatan buah tangan khas daerah kita sendiri. Jangankan proses dan tempat pembuatannya, jenis-jenisnya aja banyak yang gak kita kenalin selain yang namanya “Amplang”.
Mungkin pikiran ini juga kali ya yang mendasari Bapak Muhammad Faizal buat ngajakin kami para mahasiswanya berkunjung ke sentra pembuatan “Sarung Tenun Khas Samarinda” yang lokasinya ada di Jalan Panglima Bendahara, Gang Muharram, Samarinda Seberang.
Pada Rabu itu, 14 Maret 2012, pukul 12 siang, kami rombongan mahasiswa Ilmu Komunikasi Reguler B Universitas Mulawarman angkatan 2009 melakukan ekspedisi dari pelabuhan pusat kota menuju alamat yang sudah disebutin di atas dengan menggunakan kapal klotok hasil tebengan Pak Fais. Mengarungi sungai Mahakam yang cukup jernih selama kurang lebih 20 menit. Entahlah apa-apa aja yang dilakuin mereka yang ada di dek bawah. Kami yang di dek atas rata-rata pada sibuk begosip dan foto-foto.
Kapal akhirnya merapat di sebuah dermaga kecil. Untuk menuju ke rumah tenunnya, kami harus ngelewatin satu jembatan kayu panjang yang berhasil menimbulkan keriwehan di kalangan para mahasiswi.
Sayangnya kemarin itu lupa ngambil gambar rumah tenunnya. Yang ada cuma ini aja poto saya bareng Ady di depan pintu masuk rumah. xDD
Sayangnya kemarin itu lupa ngambil gambar rumah tenunnya. Yang ada cuma ini aja poto saya bareng Ady di depan pintu masuk rumah. xDD
Di halaman sebelah rumah tenun udah disiapin kursi-kursi berjejer dan juga satu panggung untuk penyambutan tamu penting. Kebetulan memang, seperti yang udah diinformasiin pak Fais sebelumnya, kunjungan kami ke rumah tenun Sarung Samarinda ini sengaja dibarengin sama kunjungan menteri-menteri dari Jakarta. Ngeliat di situ ada panggung dan penyanyinya nyanyiin lagu-lagu Agnes Monica, bikin mulut saya jadi gatal pengen nyanyi di depan situ juga. Haha…
Di dalam rumah tenunnya sendiri, sudah tersusun rapi stan-stan berbagai macam kerajinan khas tangan samarinda. Ada kerajinan manik, terus ada juga hasil kerajinan kayu, jadi gak cuma sarung tenun aja yang ada di sini.
Fokus ke sarung tenunnya nih ya. Jadi ceritanya gini, menurut vivaborneo.com pada mulanya kerajinan sarung tenun ini dibawa sama orang-orang Bugis dari Sulawesi yang tinggal di pesisir sungai Mahakam (sekarang Samarinda Seberang). Rata-rata para pengrajin sudah tiga puluh tahunan bermukim di kompleks sini dan turun temurun meneruskan usaha sarung tenun keluarga.
Dari prosesnya sendiri, bahan baku sarung tenun yaitu benang sutra yang diimpor langsung dari Cina harus di olah dulu supaya kuat. Pertama-tama benang harus direndam di air selama kurang lebih 3x24 jam. Terus hasilnya jadi begini deh.
Dari prosesnya sendiri, bahan baku sarung tenun yaitu benang sutra yang diimpor langsung dari Cina harus di olah dulu supaya kuat. Pertama-tama benang harus direndam di air selama kurang lebih 3x24 jam. Terus hasilnya jadi begini deh.
Kemudian benang di masak dengan air mendidih yang sudah dicampurkan pewarna sekitar dua jam. Benang dicuci hingga bersih, terus dikanjiin. Setelah diperas, benang dijemur sampe kering dan siap untuk dipintal untuk menjadi benang tenun.
Benang yang sudah diwarnai
Proses pemintalan
Selanjutnya ribuan benang pintalan dilingkarkan dan dimasukin helai demi helai ke dalam sebuah alat besar dari kayu yang bernama are dan sisir. Bisa memakan waktu satu sampe dua hari pemasangan benangnya ini. Dan proses penenunannya menjadi sebuah sarung ngebutuhin waktu dua atau tiga hari. Paling lama proses pembuatan Sarung Tenun Samarinda ini dua minggu, tergantung bagaimana motif yang dipengenin.
Alat tenun bukan mesin (ATBM)
Finishing
Manurut wisatakaltim.com juga nih, mereka yang pengen pesen sarung dengan motif yang beda, bisa langsung aja ngedatengin para penenun dan ngasih motif yang dipengenin. Harga juga mengikuti bagaimana motifnya, semakin rumit ya semakin mahal. Dan pemesan harus sabar antre selama sebulanan.
Rata-rata dalam satu bulan setiap penenun bisa menghasilkan 2 atau 3 sarung tenun, yang punya kisaran harga mulai dari Rp. 150.000,- sampe Rp. 450.000,- per buahnya.
Pemesan juga bisa minta penenun buat ngolah sarung-sarung tenun jadi baju atau pakaian lainnya.
Nih, kemeja kotak-kotak kan lagi happening banget di kalangan anak muda. Setelah saya Tanya, satu kemeja gini harganya nyampe 300 ribuan. 4 kali lipat dari harga kemeja yang lagi saya pake pas itu. -_- Mungkin karena handmade kali ya makanya mahal banget.
Rata-rata dalam satu bulan setiap penenun bisa menghasilkan 2 atau 3 sarung tenun, yang punya kisaran harga mulai dari Rp. 150.000,- sampe Rp. 450.000,- per buahnya.
Pemesan juga bisa minta penenun buat ngolah sarung-sarung tenun jadi baju atau pakaian lainnya.
Nih, kemeja kotak-kotak kan lagi happening banget di kalangan anak muda. Setelah saya Tanya, satu kemeja gini harganya nyampe 300 ribuan. 4 kali lipat dari harga kemeja yang lagi saya pake pas itu. -_- Mungkin karena handmade kali ya makanya mahal banget.
Ini yang menarik hati saya banget, peci kotak-kotak. Haha. Harganya Rp. 20.000,-. Pengen beli, tapi kekecilan. -_-
Satu lagi nih yang unik. Kata mbak-mbaknya bajunya ini dibuat dari bahan dasar kulit bawang. Gatau deh gimana lagi itu proses pembuatannya. Pasti lebih rumit lagi.
Karena panas, gerah, lagi pilek, dan belum makan, saya dan temen-temen gak berlama-lama di dalam rumah tenunnya. Buru-buru keluar cari warung beli cemilan buat ganjal perut. Numpang duduk di depan rumah orang sambil nungguin sang menteri yang katanya mau dateng. Sayangnya Ibu Presiden yang rencana awalnya mau dateng, gak jadi ikutan. Kalo ada Ibu Presiden pasti bakal lebih semangat lagi suasananya. Katanya sih kompleks sarung tenun ini mau dijadiin tempat wisata juga. Tapi sayang lingkungannya agak kumuh dan kurang terfasilitasi. Bener yang dibilang wisatakaltim.com, pemkot juga gak begitu gencar promosiinya.
Setelah nunggu sekian lama, akhirnya rombongan mobil pejabat-pejabat ibukota pun datang. Ternyata yang datang adalah istri-istrinya menteri. Hahaha. Kirain menteri-menterinya langsung. Ada banyak wartawan dan juru kamera dari berbagai media lokal ikutan madetin tempat. Mata saya langsung tertuju ke satu sosok perempuan cantik yang juga lagi diperhatiin sama anak-anak lainnya. “Itu bukannya artis ya?” “Inggrid Kansil bukan?” “Oh iya, dia kan jadi anggota DPR”. Bener-bener panjang umur. Baru berapa hari kemaren saya dan temen-temen ngomongin mantan artis yang jadi anggota dewan ini, yang ternyata gak hapal PANCASILA pas diwawancarai JOHN PANTAU di programnya dulu. Hahaha. Gambaran pimpinan-pimpinan Negara ini. Miris. Wkwkwk. Tapi saya ga ada ngambil foto pejabat-pejabatnya ini karena sudah males dan juga lemes nahan lapar. Setelah tarian-tarian sambutan kelar, kami serombongan pamit pulang ke Pak Faiz dan sekali lagi mengarungi Samudera Mahakam dengan kapal klotok yang tadi dipakai.
Harapan ke depannya semoga misi Pak Faisal (yang baru sebulanan ini diangkat jadi Kepala Dinas Pariwisata dan Kominfo Samarinda) memajukan pariwisata kota Samarinda bisa terwujud dalam masa kepemimpinannya ini. AAMMMIIIIIIN.
Pak, kapan traktirannya lagi?? \(^o^)/
Subscribe to:
Posts (Atom)